Ada banyak momen Ramadan yang tak terlupakan saat kecil yang tak terlupakan. Ini adalah cerita yang seru kita bahas kembali dengan teman sebaya atau dengan anak kita.
Tidak bisa dipungkiri bahwa bulan Ramadan merupakan waktu yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Bagi banyak orang, Ramadan bukan hanya bulan ibadah, tetapi juga merupakan waktu di mana banyak kenangan manis tercipta, terutama saat masa kecil.
Berbagai Momen Ramadan Yang Tak Terlupakan Saat Kecil
Kejadian yang wajar saat kecil, sudah tidak terjadi lagi. Anak kita kemungkinan tidak mengalami Ramadan seperti kita kecil. Sama dengan orang tua kita dahulu. Berikut adalah beberapa momen Ramadan yang tak terlupakan dan sering terjadi saat kecil.
1.Isi Buku Ramadan
Setiap Ramadan, anak-anak biasanya diberikan buku Ramadan dari sekolah. Kemudian, mereka mencatat aktivitas ibadah mereka sehari-hari, seperti puasa, sholat, membaca Al-Quran, dan berbagai kebaikan lainnya. Sensasi mengisi buku Ramadan ini merupakan momen yang dinanti-nanti.
Anak-anak akan memenuhi masjid, meminta tanda-tangan ustad dan merangkum ceramah. Pada saat itu Aku merasa seperti sedang melakukan sesuatu yang penting dan dewasa. Terkadang, ada juga yang “mengarang” catatan untuk membuat buku Ramadan terlihat lebih penuh.
Kalau sekarang, hal ini sudah jarang dilakukan. Anakku tidak pernah merasakan keharusan mengisi Buku Ramadan. Bahkan sampai SMP pun, sama sekali tidak pernah ada momen di mana sekolah membagikan buku Ramadan dan mengharuskan siswa untuk mengisinya.
2. Sewaktu Tarawih
Momen Ramadan yang tak terlupakan adalah tarawih. Waktu aku kecil, shaf tarawih sangat penuh sampai ke halaman masjid. Sayangnya, ini adalah pemandangan asing. Masjid atau musala tidak pernah penuh sesak saat waktu salat atau tarawih.
Ini adalah salah satu ibadah yang dilakukan secara berjamaah di masjid atau musala. Namun, bagi anak-anak, tarawih sering kali menjadi momen untuk bermain dan bersenang-senang bersama teman-teman. Perang sarung sewaktu tarawih adalah salah satu kegiatan lucu di mana anak-anak.
Yang melakukan hal ini lebih banyak anak lelaki. Bagaimana kalau anak perempuan? Kita sering berlarian dan bermain di sekitar tempat ibadah. Kadang, meskipun para orang tua berusaha menegur, kita tidak terlalu memperdulikannya.
Hal ini mungkin masih berlaku sampai sekarang. Bagian di mana anak-anak beribadah sesukanya. Mungkin menyahutkan kata “amien” dengan lantang dengan teman-teman. Memang jauh dari kata khusyuk, tapi pada saat itu, tidak ada yang terlalu memikirkannya.
3.Keliling Membangunkan Orang Sahur
Suasana menjelang sahur sering kali penuh keceriaan, terutama ketika anak-anak berbondong-bondong keliling komplek atau sekitar rumah untuk membangunkan orang sahur. Mereka membawa berbagai alat seperti genta atau benda berisik lainnya sambil berteriak-teriak “Sahuuur… sahurrr!”
Momennya penuh dengan kegembiraan dan keceriaan, meskipun kadang membuat beberapa tetangga jadi terganggu. Aku sering mendengar kentongan di jalan saat kecil. Kalau sekarang, anak-anak sudah tidak melakukan hal ini. Sangat disayangkan. Berpuasa jadi lebih seru dari sahur sampai buka karenanya.
4.Niat Puasa Setengah Hari
Saat masih kecil dan belum kuat berpuasa penuh, banyak anak yang mencoba puasa setengah hari. Mereka mungkin merasa bangga bisa berpuasa seperti orang dewasa, meskipun akhirnya terkadang berakhir sebagai puasa bedug, di mana mereka makan atau minum di tengah hari.
AKu juga pernah merasakannya. Ini adalah saat-saat menjadi kenangan manis saat belajar puasa. Anakku juga melakukan transisi dengan jalan yang sama. Walau tidak bisa dibilang “puasa”, tapi memang pada usia itu, anak-anak belum diwajibkan puasa.
Setelah besar, anakku juga kerap mengingat pengalaman puasa setengah hari. Dia pun ingin melakukannya kembali. Padahal usianya sudah bukan anak-anak lagi.
5.Momen Ramadan Yang Tak Terlupakan – Pesantren Kilat
Banyak sekolah di Indonesia memiliki program pesantren kilat selama bulan Ramadan. Ini adalah momen di mana anak-anak menginap di sekolah dan mengikuti berbagai kegiatan keagamaan, seperti kajian agama, tarawih bersama, dan berbagai kegiatan sosial.
Selain meningkatkan pemahaman agama, program pesantren kilat juga mempererat tali persaudaraan di antara siswa. Dengan berjalannya waktu, momen ini mengalami modifikasi. Mereka tidak perlu menginap. Lalu, ada banyak kegiatan yang dipangkas dan dipersingkat.
Menurutku, momen menginap itulah yang membuat Ramadan dan pesantren jadi seru. Kalau hanya berupa kajian, tidak banyak momen yang bisa jadi kenangan. Tapi, alasan perubahan tersebut mungkin lebih praktis.
Semua pengalaman ini, meskipun sederhana, menjadi momen Ramadan yang tak terlupakan. Lalu, jadi bagian tak terpisahkan dari kenangan masa kecil saat puasa. Mereka tidak hanya membawa kegembiraan dan keceriaan, tetapi juga mengajarkan banyak nilai-nilai kebaikan dan kesederhanaan kepada anak-anak. Bagaimana pengalaman Anda?